Sudah lebih dari satu dekade sejak gelombang protes yang dikenal sebagai Arab Spring mengguncang Timur Tengah, termasuk Suriah. Apa yang dimulai sebagai unjuk rasa damai menuntut reformasi politik di negara itu, kini telah berubah menjadi konflik bersenjata yang panjang dan kompleks. Lebih dari 14 tahun sejak pecahnya protes tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali menyerukan diakhirinya kekerasan di Suriah.
Kondisi Suriah Masih Memprihatinkan
Meskipun konflik Suriah sempat mereda di beberapa wilayah, situasi di lapangan masih jauh dari stabil. Serangan udara, konflik antar milisi, dan pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi. Ribuan warga sipil masih menjadi korban, dan jutaan lainnya mengungsi di dalam maupun luar negeri.
Dalam laporan terbarunya, PBB menyatakan bahwa kekerasan yang terus berlangsung di Suriah telah menyebabkan penderitaan luar biasa bagi rakyat sipil. Selain itu, instabilitas yang berkepanjangan juga menyulitkan upaya pemulihan ekonomi dan sosial.
Desakan PBB untuk Dialog Damai
Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, kembali menekankan pentingnya gencatan senjata nasional yang komprehensif dan dialog politik inklusif. Menurutnya, tanpa solusi politik yang adil dan mengikutsertakan semua pihak, kekerasan di Suriah akan terus berulang.
PBB juga meminta agar semua pihak yang terlibat, baik pemerintah Suriah, oposisi, maupun kekuatan asing yang beroperasi di wilayah tersebut, menghormati hukum humaniter internasional. Langkah konkret untuk mengakhiri kekerasan harus segera diambil demi keselamatan warga sipil.
Baca Juga : Menteri Kanada Bela Dukungan Imigrasi untuk Terduga Teroris
Dampak Kemanusiaan yang Meluas
Lebih dari 350.000 jiwa dilaporkan tewas sejak awal konflik pada 2011, meski jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi. Selain itu, sekitar 6,8 juta orang menjadi pengungsi internal, dan 5,6 juta lainnya melarikan diri ke luar negeri.
Krisis ini juga menghantam sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Banyak anak-anak kehilangan akses ke sekolah, dan rumah sakit mengalami kekurangan tenaga medis serta obat-obatan. Bantuan kemanusiaan dari lembaga internasional pun kerap terhambat oleh konflik bersenjata di berbagai wilayah.
Tantangan Diplomatik dan Peran Komunitas Internasional
Meskipun berbagai upaya diplomatik telah dilakukan, termasuk pembicaraan damai di Jenewa dan Astana, belum ada solusi nyata yang disepakati. PBB menyerukan kepada negara-negara yang memiliki pengaruh di kawasan, seperti Rusia, Iran, dan Turki, agar mendukung proses damai yang sah dan berkelanjutan.
Komunitas internasional diharapkan lebih aktif dalam mendorong penyelesaian konflik serta memperluas bantuan kemanusiaan untuk rakyat Suriah. Stabilitas jangka panjang hanya dapat dicapai jika kepentingan politik dikesampingkan demi keselamatan manusia dan masa depan Suriah.
Empat belas tahun setelah protes Arab meletus, Suriah masih terlilit kekerasan yang berkepanjangan. Seruan PBB untuk mengakhiri kekerasan harus menjadi momentum bagi semua pihak agar kembali ke meja perundingan. Hanya dengan dialog dan komitmen bersama, perdamaian yang sejati dapat tercapai di negeri yang telah terlalu lama dirundung duka ini.